Rabu, 10 Agustus 2011

Hati Hati Hadist Palsu Tentang Shalat Tarawih

Memahami Konsep Ibadah
     Dalam islam, ibadah haruslah totalitas dan tidak boleh taqlid (ikut ikutan dalam beribadah). Dalam hadist shahih dikatakan "Barangsiapa yang beramal yang tidak berdasarkan perintah dari kami maka ia (amal itu) tertolak" (HR Muslim).
Seringkali kita lihat di masyarakat khususnya orang awam, melakukan ibadah tetapi tanpa menggunakan ilmunya. hari ini banyak sekali sanak sodara/tetangga yang melakukan ibadah mengikuti mayoritas/ mengikuti kata kiyai/ ustadz, tanpa berfikir kritis terhadap ilmu yang ia terima. sehingga hal tersebut bisa menyebabkan taqlid (ikut ikutan dalam hal ibadah terhadap Allah SWT). Mungkin karena alasan tradisi, warisan leluhur atau suatu adat dalam masyarakat yang dianggap sebagai ajaran Allah dan Rasulullah, padahal bukan. 
     Hal ini banyak sekali terjadi dalam masyarakat saat ini. Allah berfirman dalam surat al isra'a :36 " Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya ." Contoh paling nyata sekarang ini, kebanyakan mereka mengaku mengikuti Madzab Syafii, Hambali, Hanafi, dan Maliki dari para imam-imam madzab. Padahal kalau kita tengok ajaran/perbuatan/amalan mereka sangat jauh dari perbuatan imam-imam madzab tersebut. Mereka begitu fanatik kepada madzab yang mereka ikuti, bahkan bila ada seseorang yang berkata yang perkataannya itu bertentangan dengan madzab yang mereka anut, walaupun ucapannya itu haq adanya, niscaya mereka akan menentangnya habis-habisan, dan yang demikian ini terjadi. Wahai saudaraku… padahal agama adalah nasehat, sebagai sesama kaum muslimin harus saling menasehati. Lantas bagaimana kalau sikap mereka menolak dari nasehat orang yang tidak sesuai dengan pendapat mereka (meskipun nasehat yang haq).
     Agama Islam dibawa oleh Rasulullah shalallahu ‘ alaihi wa sallam, kemudian para shahabatnya meneruskannya, kemudian lagi para tabiin terus sampai jaman kita sekarang ini, kita harus mengikuti mereka. Dalam beragama itu harus mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih sesuai dengan pemahaman para shahabat Rasulullah shalallahu ‘ alaihi wa sallam. Kita harus memahami agama ini sesuai dengan pemahaman para shahabat karena merekalah orang-orang yang paling tahu tentang sunnah Rasulullah shalallahu ‘ alaihi wa sallam. class="fullpost">Mereka adalah orang-orang pilihan yang dididik secara langsung oleh Rasulullah shalallahu ‘ alaihi wa sallam. Kalau ada yang keliru diantara mereka langsung ditegur atau dibetulkan/diluruskan oleh Beliau shalallahu ‘ alaihi wa sallam. Jadi pada jaman shahabatlah agama ini sangat terjaga kemurniannya. Untuk itu kita wajib menjalankan agama ini sesuai petunjuk Rasulullah shalallahu ‘ alaihi wa sallam dan sesuai dengan apa yang dipahami oleh para shahabat Beliau shalallahu ‘ alaihi wa sallam. Inilah sesungguhnya Hakikat dari Ittiba (mengikuti).Yang akan dikupas pada pembahasan kali ini adalah mengenai Shalat Tarawih Perintah mengenai tarawih adalah berdasarkan hadist “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pada suatu malam salat di masjid lalu para sahabat mengikuti salat Beliau, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) Beliau salat maka manusia semakin banyak (yang mengikuti salat Nabi ), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya Beliau bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadan.” (Muttafaqun ‘alaih) Mengenai bilangan rakaat shalat tarawih adalah disandarkan pada hadist “Nabi tidak pernah shalat malam di bulan Ramadhan atau selainnya lebih dari sebelas raka’at.” (Dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim. Al Hafidz berkata).
      Dikuatkan oleh hadist Dari Ai'syah ra, "Sesungguhnya Nabi SAW tidak menambah di dalam bulan Ramadhan dan tidak pula mengurangkannya dari 11 rakaat. Beliau melakukan shoaanjangnya, kemudian beliau akan kembali shalat 4 rakaat dan jangan engkau tanyakan kembali mengenai betapa baik dan panjangnya, kemudian setelah itu beliau melakukan shalat 3 rakaat. Dan beliau berkata kepadanya (Ai'syah), "Dia melakukan shalat 4 rakaat, " tidak bertentangan dengan yang melakukan salam setiap 2 rakaat. Dan Nabi SAW bersabda, "Shalat di malam hari 2 rakaat 2 rakaat." Dan dia (Ai'syah), "Dia melakukan shalat 3 rakaat" atau ini mempunyai makna melakukan witir dengan 1 rakaat dan 2 rakaat. (HR Bukhari). Namun pada kenyataannya masih banyak sekali perbedaan faham dalam orang islam itu sendiri, khusunya mengenai jumlah rakaat pada shalat tarawih. entah apa yang menyebabkan hal itu terjadi padahal sudahlah pasti yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Namun kenyataanya adalah masih banyak muslim yang percaya mengenai hadist “Rasulullah SAW melakukan shalat pada bulan Ramadhan sebanyak delapan rakaat dan witir”. (Haditst Matruk). Hadist ini diriwayatkan Ja‘far bin Humaid sebagaimana dikutip kembali lengkap dengan sanadnya oleh al-Dzahabi dalam kitabnya Mizan al-I‘tidal dan Imam Ibn Hibban dalam kitabnya Shahih Ibn Hibban dari Jabir bin Abdullah. Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama ‘Isa bin Jariyah yang menurut Imam Ibnu Ma‘in, adalah munkar al-Hadist (Hadist-hadistnya munkar).Sedangkan menurut Imam al-Nasa‘i, ‘Isa bin Jariyah adalah matruk (pendusta). Karenanya, hadis shalat tarawih delapan rakaat adalah hadist matruk (semi palsu) lantaran rawinya pendusta.Jadi bila disandarkan pada kedua hadits di atas, keduanya bukan dalil yang bisa dijadikan pegangan bahwa nabi SAW shalat tarawi 8 rakaat atau 20 rakaat dalam shalat tarawih.Dari Ibn Abbas, ia berkata, “Nabi SAW melakukan shalat pada bulan Ramadhan dua puluh rakaat dan witir”. (Haditst Palsu).Hadist ini diriwayatkan Imam al-Thabrani dalam kitabnya al-Mu‘jam al-Kabir. Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Abu Syaibah Ibrahim bin Utsman yang menurut Imam al-Tirmidzi, hadits-haditsnya adalah munkar. Imam al-Nasa‘i mengatakan hadist-hadist Abu Syaibah adalah matruk. Imam Syu‘bah mengatakan Ibrahim bin Utsman adalah pendusta. Oleh karenanya hadist shalat tarawih dua puluh rakaat ini nilainya maudhu' (palsu) atau minimal matruk (semi palsu). Oleh karena itu marilah kita menjadi muslim yang pandai dengan menjalankan semua perintahNya sesuai dengan aturan islam tentunya. “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu dan aku memohon kepadaMu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah cintaMu lebih kucintai dari pada diriku dan keluargaku serta air dingin.” Dan bila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengingat Nabi Daud ’alihis-salaam beliau menggelarinya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada Allah.” (HR Tirmidzi 3412)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar